Shokuiku: Rahasia Anti Perut Buncit Ala Jepang

Ingin diet tapi selalu gagal? Coba simak prinsip Shokuiku ala masyarakat Jepang agar hidup lebih sehat! Say goodbye to perut buncit!

Penulis: Amaii Rei | Editor: Shoffan Ma'ruf

Jepang adalah salah satu negara yang masyarakatnya terkenal memiliki tubuh sehat dan ideal. Buktinya, banyak kakek dan nenek Jepang yang umurnya lebih dari 100 tahun! Apa sih rahasianya? Simak artikel berikut ini!

Kamu juga pastinya ingin memiliki tubuh sehat bugar yang bisa mendukungmu dalam menjalani kegiatan sehari-hari bukan? Tubuh yang sehat dan bugar yang dimiliki oleh masyarakat Jepang tidak lepas dari kebiasaan pola hidup sehat yang sudah mereka lakukan secara turun temurun. 

Salah satu pola hidup sehat yang mereka lakukan adalah kebiasaan makan orang Jepang yang sangat baik dan sehat. Kebiasaan makan yang baik ini disebut Shokuiku. Kali ini, kita akan membahas tentang shokuiku dan bagaimana pendekatan ini dapat berdampak positif sehingga bisa mendorong masyarakat Jepang memiliki kebiasaan makan yang sehat!

Shokuiku: Rahasia Anti Perut Buncit Ala Jepang

Apa itu Shokuiku?

Shokuiku berasal dari kata "shoku" yang berarti makan, dan "iku" yang berarti pendidikan atau pemahaman. Jadi shokuiku bisa diartikan sebagai suatu pendekatan yang memfokuskan pada pendidikan gizi yang terkandung dalam makanan. Pendidikan gizi ini dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang makanan itu sendiri. 

Shokuiku bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan hubungan yang sehat antara individu dengan makanan, sekaligus meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya nutrisi yang seimbang.

Shokuiku memberikan pedoman mengenai bagaimana cara mengonsumsi makanan dan apa yang harus dikonsumsi. Shokuiku juga dirancang untuk mengubah dan mengarahkan cara berpikir seseorang tentang makanan, sehingga mereka memahami dengan benar mengenai makanan yang masuk ke dalam tubuh. 

Shokuiku menggunakan pendekatan sederhana dan mudah yang dapat membantu dalam mendukung pengelolaan berat badan dan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam prakteknya, Jepang telah memberlakukan Hukum Dasar Shokuiku yang berisi program pendidikan gizi di sekolah untuk membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan mengonsumsi makanan yang sehat dengan menggunakan konsep shokuiku.

Program ini mengajarkan kepada anak-anak tentang bagaimana cara membaca label makanan, pentingnya memilih makanan sesuai musim, bagaimana makanan diproduksi, dan bagaimana kebutuhan nutrisi setiap individu yang sangat bervariasi. Dengan begitu, anak-anak nantinya akan menjadi terbiasa dalam memilih makanan yang bisa mendukung untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.

Apa saja komponen shokuiku?

Shokuiku: Rahasia Anti Perut Buncit Ala Jepang

Shokuiku memiliki beberapa komponen, diantaranya adalah:

Pendidikan Gizi

Salah satu komponen utama dari shokuiku sudah kita sebut di awal pembahasan artikel ini. Yap, pendidikan gizi! Pendidikan gizi merupakan poin utama dalam shokuiku. Melalui pendidikan gizi, individu akan diajarkan tentang nilai kandungan gizi dari berbagai jenis makanan, dampak makanan pada kesehatan, dan cara menyiapkan makanan dengan cara yang sehat agar nutrisinya tidak hilang karena proses memasak yang salah. 

Tujuan pendidikan gizi adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya makanan bergizi dan membantu individu dalam menentukan pilihan makanan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan gizi diri sendiri dan keluarga.

Mempromosikan Kesehatan

Komponen lain dari shokuiku promosi kesehatan melalui pemahaman nilai gizi makanan. Saat ini, kebiasaan pola makan sudah berubah. Pola makan mulai digantikan dengan makanan olahan cepat saji yang cenderung kurang baik untuk kesehatan. Makanan olahan yang praktis dan gaya hidup tidak sehat yang semakin mendominasi tentu akan berpengaruh pada kesehatan dan pola perilaku masyarakat dalam memilih makanan. 

Karenanya, shokuiku berusaha untuk membangun kesadaran akan pentingnya makanan alami untuk menjaga kesehatan dan mencegah berbagai penyakit. Dengan promosi kesehatan, masyarakat akan semakin memahami pentingnya makanan yang masih alami, segar, dan berkualitas tinggi. Dengan begitu, mereka akan memiliki kesadaran untuk menghindari makanan yang kurang sehat seperti makanan yang mengandung bahan pengawet atau bahan tambahan berbahaya lainnya. Mereka akan lebih memilih makanan bernutrisi yang lebih diperlukan oleh tubuh. 

Membangun Hubungan yang Sehat dengan Makanan 

Selain pendidikan gizi dan promosi kesehatan, membangun hubungan yang sehat dengan makanan juga merupakan komponen dari shokuiku. Membangun hubungan Ini melibatkan perasaan dalam menghargai dan menghormati makanan yang menjadi sumber kehidupan, sumber energi, dan sumber nutrisi bagi kita. 

Shokuiku mengajarkan pentingnya mengunyah makanan dengan perlahan, menikmati rasa dan teksturnya, serta menjaga porsi makan yang seimbang. Dengan membangun kesadaran yang lebih baik tentang makanan, kita akan lebih menghargai makanan yang kita punya. Akan lebih mudah bagi kita untuk memperoleh kepuasan dari makan, sehingga kita tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan. Dengan adanya perasaan menghargai terhadap makanan, kita akan lebih bertanggung jawab dengan makanan yang sudah diambil sehingga kita tidak akan membuang-buang makanan. 

4 Prinsip Shokuiku

Shokuiku adalah filosofi sederhana yang didasarkan pada empat prinsip utama, yaitu:

Fokus pada Rasa Kenyang daripada Kalori

Alih-alih menghitung kalori, shokuiku mendorong untuk mengkonsumsi makan secara intuitif dan berfokus pada bagaimana makanan tertentu mempengaruhi perasaan kita. Ini melibatkan penyesuaian isyarat lapar dan nafsu makan sekaligus melatih untuk mengenali kapan kita mulai merasa kenyang. 

Shokuiku menggunakan konsep yang disebut hara hachi bun me, yaitu gagasan yang mengatakan bahwa kita diharuskan berhenti makan ketika sudah merasa kenyang sekitar 80%. Ini dapat membantu mencegah makan berlebihan dan memastikan kita mendapatkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Konsumsi Makanan yang Utuh

Shokuiku menekankan pentingnya mengonsumsi makanan yang utuh dan sehat seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian. Makanan ini kaya akan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya banyak mengandung protein, serat, lemak penyehat jantung, dan zat gizi mikro. 

Selain memperbanyak konsumsi makanan utuh, kita juga harus membatasi konsumsi makanan olahan. Kenapa begitu? Makanan olahan cenderung tinggi akan kalori, natrium, dan gula tambahan yang kurang baik untuk kesehatan tubuh.

Konsumsi Beragam Makanan

Jika sebagian besar diet yang dilakukan di daerah Amerika atau Eropa berfokus pada usaha untuk menghilangkan atau membatasi bahan/produk makanan tertentu, shokuiku lebih berfokus pada pentingnya menikmati berbagai makanan sebagai bagian dari diet yang sehat dan menyeluruh. 

Makanan yang disajikan terdiri dari beberapa piring kecil dengan berbagai macam menu. Hal ini memungkinkan kita untuk bereksperimen dengan makanan yang disajikan. Idealnya, makanan terdiri dari beberapa jenis sayuran yang ditemani dengan sedikit nasi dan juga protein lain. 

Shokuiku juga mendorong untuk mencoba mengolah makanan dengan berbagai cara, seperti memanggang, menggoreng, merebus, atau mengukus, yang dapat membantu memberikan variasi pada pola makan.

Berbagi Makanan Dengan Orang Lain

Makanan adalah sumber keberkahan. Shokuiku mengajarkan bahwa makanan harus dipandang sebagai sumber kenikmatan dan kesenangan, hal ini meningkatkan rasa syukur atas makanan yang kita punya. Selain itu, makanan juga dipandang dapat memperkuat hubungan sosial serta meningkatkan kesejahteraan emosional dan mental dengan cara saling berbagi makanan antar sesama. 

Masyarakat Jepang yakin bahwa berbagi makanan dengan orang lain merupakan hal yang penting untuk memperkuat hubungan. Meluangkan waktu untuk menikmati makanan bersama teman atau keluarga juga dapat membantu meningkatkan hubungan baik antara individu dengan makanan.

Itulah konsep shokuiku dari Jepang yang bisa kamu coba karena memiliki dampak yang sangat baik untuk kesehatan. Shokuiku bisa kamu terapkan sebagai alternatif dalam memperbaiki kesadaran gizi dan mengubah perilaku makan menjadi lebih sehat.